Read more: http://www.bocahit.com/2013/01/memasang-komentar-keren-facebook.html#ixzz2Hone1N4b Kha ENd Ice: Otak & Hati http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/sweden.gif"), auto;}

horizontaldrop down

bertaburan uang

ToLong DI add..

_ADD my fb _Irfan Nab'sdyke

Sabtu, 16 Februari 2013

Otak & Hati

Otak & Hati

Setelah mempunyai gambaran apa hati itu sebenarnya (baca artikel  Mengenal Hati Bagian 1 dan Bagian 2), untuk membantu memahami hati kita lebih baik lagi, ada 2 langkah awal yang diperlukan yaitu :
  1. Mengetahui perbedaan antara otak dan hati kita.
  2. Mengenali perasaan yang sebenarnya dari hati kita.

Setelah mempelajari 2 hal di atas, kita akan mulai bisa mengalami berbagai hal indah dari hati, termasuk :

  • Menguatkan hati

  • Mengurangi dominasi otak

  • Membuka hati melalui Meditasi Membuka Hati.

  • Menyadari keberadaan Berkat Tuhan di dalam hati kita.

  • Memasrahkan masalah dan beban kita.

  • Mengandalkan Berkat Tuhan dalam hati ketika berdoa dan menjalani hidup sehari-hari.

  • Membiarkan hati kita mengambil alih kontrol diri kita.

Jika semuanya dilakukan sepenuh hati dan benar, anda akan bisa merasakan ketenangan, ringan dan kedamaian dalam hidup sehari-hari, dan menyadari bagaimana hubungan kita kepada Tuhan melalui hati kita lebih kuat dan indah lagi.

Tulisan ini, akan membahas hal penting yang pertama yaitu mengenal perbedaan menggunakan otak dan menggunakan hati kita.

Otak dan Hati

Otak

Sedari kecil, kita terus menerus di arahkan untuk mengoptimalkan otak kita.  Sistem pendidikan di negara kita dan juga banyak negara lain juga dijalankan berdasarkan upaya-upaya untuk mencerdaskan otak.  Walau ada juga pelajaran tentang moral dan agama, penekanannya masih lebih banyak ke arah menggunakan otak.

Otak adalah pusat pemikiran kita.  Dari otak lah muncul begitu banyak ide-ide.  Ide otak  diperoleh dari berpikir, membayangkan dan menemukan.  Latar belakang budaya, pendidikan,agama dan pengalaman hidup sering membuat otak manusia mempunyai ide-ide sendiri yang sering saling berbenturan satu sama lain.  Dalam satu agama yang sama pun sering kita mendengar, 1 ayat yang sama di kitab suci, bisa diartikan berbeda oleh 10 orang ahli agama, diartikan berbeda oleh 10 otak manusia.

Otak menahkodai aktivitas kita dan mendominasi perhatian untuk hampir semua kegiatan kita sehari-hari.  Aktivitas-aktivitas yang menggunakan otak antara lain meliputi :

  • Berpikir

  • Berbicara

  • Mendengar

  • Menulis

  • Menghitung

  • Bergerak

  • Berjalan

  • Mengemudi

  • Melihat

  • Mencicipi

  • Menyentuh

  • Mencium

yang secara umum meliputi semua yang kita sebagai manusia lakukan mulai dari bangun di pagi hari sampai kembali tidur di malam hari, otak kita mengontrol dan mengatur aktivitas, kebiasaan dan rutinitas kita.

Tentu sebagai manusia yang hidup di bumi, masing-masing kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak akan bisa dilakukan jika kita tidak menggunakan otak.  Namun sepatutnya daripada mengandalkan otak sepenuhnya untuk menjalani hidup sehari-hari, kita harus mulai menggunakan hati kita.

Sebelum membahas lebih lanjut, cobalah anda menjawab beberapa pertanyaan berikut dan renungkan dengan jujur :

  • Seberapa sering anda mengalami perasaan tenang dan bahagia dari hati anda – tanpa menggunakan panca indera?

  • Seberapa sering anda menyadari kebenaran dari hati – mengetahui apa yang anda rasakan, dan bukan dari hasil jawaban yang anda simpulkan?

  • Seberapa sering anda mengandalkan berkat (rahmat) Tuhan di dalam hati anda ?

Bandingkan jawaban anda tentang “seberapa sering” dari 3 pertanyaan diatas dengan jumlah waktu yang sering kita pergunakan dalam menggunakan otak.  Jawaban anda menunjukkan seberapa sering sebenarnya anda menggunakan hati dan perasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa dari anda, mungkin akan mulai menyadari, ternyata di saat berdoa pun belum bisa merasakan ketenangan dan keindahan.  Ini betul adanya, karena berdoa tidaklah secara otomatis menggunakan hati kita.  Banyak dari kita saat berdoa masih menggunakan otak.  Dan sering otak kita dalam berdoa, seperti membacakan suatu daftar belanja (permintaan) yang begitu banyak kepada Tuhan,  penuh dengan berbagai keinginan (ego) diri kita.  Jika anda meneruskan kebiasaan seperti ini, anda tidak akan pernah menemukan ketenangan dan keindahan dalam berdoa.

Percobaan Otak vs Hati

Untuk mulai mengetahui perbedaan kapan saat-saat kita menggunakan otak dan kapan saat-saat kita menggunakan hati, bisa dilakukan percobaan sederhana berikut ini.

Percobaan A : Membiarkan Otak Bekerja

Selesaikan beberapa soal matematika berikut tanpa menggunakan kalkulator (termasuk komputer ^_^) , kerjakan tanpa berhenti dari soal pertama sampai soal terakhir.

27 x 54 =

123 x 235 =

234 x 985 =

Sadari bagian diri  anda yang bekerja.  Dapatkah anda merasakan bahwa ada tekanan atau setidaknya rasa agak berat di dahi anda?  Itulah yang sebenarnya terjadi, karena otak yang berada di dalam kepala anda bekerja.

Percobaan B : Membiarkan Hati Bekerja

Ingatlah saat-saat paling indah atau bahagia yang pernah anda alami.  Rasakanlah lagi saat-saat senang, bahagia atau indah tersebut untuk beberapa saat.  Tidak usah mengingat detail peristiwa, yang penting alami lagi perasaan saat itu.

Sadari bagian diri anda yang bekerja dan bagaimana keadaan anda.  Dapatkah anda merasakan adanya rasa ringan, senang, bahagia di tengah dada anda, di hati anda? Itulah yang sebenarnya terjadi, dan itu karena hati non fisik yang berada di tengah dada anda bekerja.

Apabila anda masih kurang jelas, anda dapat mengulang lagi percobaan di atas, sampai anda dapat merasakan dengan jelas perbedaan saat-saat anda memakai otak dan saat-saat anda memakai hati.

Semakin banyak kita mempergunakan otak atau pikiran kita, kita akan merasa semakin berat.  Beberapa orang sampai menjadi stress karena hal ini.  Sebaliknya, semakin banyak kita mempergunakan hati, kita akan merasa semakin ringan, senang, tenang, damai dan bahagia.  Dan dengan beberapa langkah latihan sederhana anda akan tetap bisa merasakan perasaan ringan, senang, tenang, damai dan bahagia ini tanpa perlu mengingat-ingat lagi masa-masa yang indah tersebut.

Sumber dari buku :

  1. Hati (Mengenal, Membuka dan Memanfaatkannya).

  1. Smile to Your Heart Meditations (Simple Practice for Peace, Health and Spiritual Growth).

Kita sering mendengar nasehat-nasehat seperti dengar lah suara hati, ikuti lah hati, lakukan dengan hati, jangan abaikan hati dan banyak lagi nasehat terkait pentingnya menggunakan hati dalam berbagai keputusan maupun tindakan kita.  Tapi kalau kita perhatikan, nasehat-nasehat itu tidak pernah disertai dengan petunjuk “bagaimana cara menggunakan hati “.

Untuk bisa menggunakan hati, pertama-tama kita harus mengenal terlebih dahulu, apakah hati itu sebenarnya.  Tulisan tentang ini sudah pernah penulis upload di artikel  Mengenal Hati (bagian 1) dan Mengenal Hati (Bagian 2) .   Berikutnya kita perlu tahu bagaimana cara menggunakan hati.   

Bagi anda yang rajin beribadah atau suka beramal ke sesama, mungkin anda akan berpendapat sudah menggunakan hati.  Buktinya saat berdoa beribadah ke Tuhan ada rasa ketenangan, kedamaian, khusyuk, beberapa mungkin sampai merasakan kerinduan kepada Tuhan.  Begitu juga saat beramal kepada sesama ada suatu kelegaan dan kegembiraan, bukannya ini berarti sudah menggunakan hati ?  Bukankah dengan berdoa dan beramal baik berarti semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan membuka hati kita lebih baik lagi ?

Rasa tenang dan damai yang kita rasakan di saat-saat berdoa memang adalah perasaan yang dirasakan oleh hati kita.  Tetapi, apabila kita telah membuka dan memakai hati kita dengan baik, perasaan tenang dan damai tersebut akan dapat kita rasakan setiap saat, tidak hanya pada saat berdoa saja.    Coba anda bayangkan, misal anda berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan seperti terjebak macet berjam-jam, tapi dengan membuka dan memakai hati, anda masih bisa merasakan ketenangan, kedamaian, keindahan di situasi yang umumnya akan memancing emosi kita.  Bukankah ini suatu hal yang luar biasa.

Ada beberapa hal lain yang semestinya dapat kita rasakan dengan mudah apabila kita telah membuka dan memakai hati dengan baik, misalnya :

  • Kita bisa dengan benar-benar membedakan senyuman biasa dan senyuman dari hati.  Di saat kita tersenyum dari hati, akan dapat kita rasakan betapa berkat Tuhan YME yang ada di dalam hati kita memancar keluar dari hati kita ke semua arah, dan memberikan perasaan yang ringan, damai, tenang dan indah.

  • Di saat kita tersenyum ke hati kita, berkat Tuhan YME yang ada di dalam hati kita akan memancar indah, membuat hati dan perasaan kita menjadi lebih ringan dan indah.

  • Di saat kita menyebut Tuhan YME dari hati kita, akan dapat kita rasakan “doa dari hati kita” yang mengembang indah dan naik ke atas.

Selain itu, ada banyak manfaat yang kita peroleh bila kita membuka hati kita kepada Tuhan YME, misalnya :

  • Hubungan kepada Tuhan menjadi lebih indah.

  • Berdoa kepada Tuhan dengan hati sehingga lebih khusyuk.

  • Melakukan perbuatan baik kepada sesama dengan Kasih.

  • Lebih mensyukuri segala sesuatu.

  • Lebih pasrah.

  • Ringan, tenang, damai dan bahagia.

  • Jauh dari stress.

  • Lebih mudah senyum dari hati.

  • Sehat secara mental, fisik dan emosional.

  • Lebih mengenal kebenaran sejati (kehendak Tuhan YME).

Dengan membuka hati kita kepada Tuhan YME, semua hal penting sehubungan dengan hubungan kita kepada Tuhan YME berubah menjadi lebih indah.  Kita dapat berdoa dengan hati, dan keindahan doa dari hati kepada Tuhan YME itu memenuhi seluruh hati dan perasaan kita, dan akan mewarnai seluruh kehidupan kita.

Sumber dari buku : Hati (Mengenal, Membuka & Memanfaatkannya)

Posted in Hati | Tagged , , | Leave a comment

Mengenal Hati (Bagian 2)

Hati : Singgasana Kebebasan dan Tanggung Jawab kita

Hati yang merupakan singgasana diri sejati kita tidak dapat diuatik-atik oleh siapa pun, selain oleh kita sendiri dan Sang pencipta.  Tidak ada makhluk lain yang dapat mengotori hati kita.  Jadi, apabila kita sering merasa sakit hati, sudah waktunya bagi kita untuk mengingatkan diri bahwa bukan kolega, tetangga, atau anggota keluarga kitalah yang membuat kita sakit hati.  Kita sendirilah yang mengikuti emosi negatif kita dan mengotori hati kita sendiri.  Karena itu, hati adalah singgasana kebebasan kita, sekaligus tuntutan tanggung jawab yang tak bisa dielakkan.  Mungkin kita bisa mengelak dari tanggung jawab terhadap pihak luar, tetapi kita tidak bisa mengelak dari hati kita.

Sementara itu, apabila kita ingin membersihkan dan membuka hati kita, “berhentilah berusaha”.  Cara terbaik untuk membersihkan dan membuka hati kita adalah dengan memohon kepada Tuhan YME agar berkatNya membersihkan dan membuka hati  kita.  Apabila kita lakukan dengan benar, dalam 1-2 kali saja akan dapat kita rasakan dengan jelas perbedaan nya.

Karena tidak dapat diutak-atik oleh siapa pun, hati juga tidak dapat dipengaruhi oleh makhluk lainnya.  Dalam hal kebenaran, kebenaran dari hati jauh lebih bagus daripada kebenaran dari otak yang cukup mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

Hati dan Kecerdasan Spiritual

Hati dan perkara-perkara spiritual mulai dikenal dan disambut dalam dunia usaha.  Kedua topik ini malah dapat dikatakan sebagai topik yang sangat hangat dewasa ini.  Dapat kita lihat betapa banyaknya seminar dan artikel mengenai Spiritual Quotient dan Spiritual Company.  Berbagai perusahaan-perusahaan besar juga mengiklankan slogan bagaimana mereka melayani pelanggannya dengan hati.

Mengapa hati dan topik yang berkaitan dengan perkara spiritual menjadi sangat hangat dalam dunia usaha ?  Dalam dunia usaha, kita tahu manusialah sumber daya terpenting.  Dulu potensi seseorang hanya diukur dari aspek intelektualnya saja (Intelectual Quotient = IQ).  Berbagai evaluasi dibuat untuk dapat menilai intelektualitas seseorang yang kemudian dipergunakan oleh bagian personalia untuk memastikan bahwa calon karyawannya punya IQ tinggi.

Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, telah diketahui bahwa aspek intelektual saja tidak cukup untuk mencerminkan kapasitas yang ada pada diri seseorang.  Mereka mulai menyadari bahwa EQ (Emotional Quotient), yaitu aspek emosional seseorang, juga memegang pengaruh yang sangat besar terhadap orang tersebut.  Kita tahu bahwa saat-saat kita sangat emosi, kita tidak dapat mempergunakan pikiran kita dengan baik.  Kita tidak dapat melihat suatu permasalahan dengan jernih atau membuat keputusan yang bagus dan tepat.  Jadi, tanpa EQ yang cukup bagus, IQ seseorang yang cukup tinggi mungkin tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.  Atau dengan kata lain, seseorang yang punya IQ tinggi bisa sangat labil secara emosional (EQ-nya rendah), sehingga tidak dapat memberdayakan potensi intelektual yang ada pada dirinya dengan baik dan secara maksimal.

Kesadaran manusia di dunia meningkat dengan sangat pesat sekali.  Akhir-akhir ini, selain IQ dan EQ ramai pula dibicarakan mengenai pentingnya SQ (Spiritual Quotient). Kesadaran spiritual seseorang sangat mempengaruhi kesadaran orang tersebut mengenai arti yang lebih dalam dari berbagai hal antara lain mengenai arti dari pekerjaan, arti dari hidup, dan sebagainya.  Tanpa kesadaran spiritual yang cukup, seseorang hanya melihat apa yang dilakukan secara kulit luarnya saja.  Hal ini dapat mengakibatkan berbagai reaksi negtif, seperti kejenuhan atau terjebak dalam ambisi pribadi yang membuat seseorang menjadi lebih emosional dan tidak dapat berpikir secara positif lagi.

Hanya dengan kesadaran spiritual yang cukup seseorang tidak lagi melihat pekerjaannya sebagai kewajiban atau tugas belaka yang dalam jangka panjang akan menimbulkan tekanan, beban dan kejenuhan.  Dengan kesadaran spiritual yang cukup seseorang dapat melihat makna dari apa yang dilakukannya sehingga dapat melakukannya demi kebaikan bagi kolega, keluarga, perusahaan dan masyarakat luas.  Hal ini tidak saja membebaskan seseorang dari tekanan, beban dan kejenuhan, tetapi juga memberikan tantangan yang menarik dan membahagiakan, karena hal yang sama yang dikerjakan sekarang dapat menjadi bagian dari tujuan-tujuan yang lebih mulia.  Kesadaran ini juga memberikan rasa syukur kepada Tuhan, tanggung jawab yang lebih baik kepada perusahaan dan pekerjaan, maupun hubungan yang lebih baik dengan atasan, bawahan, atau kolega dalam bekerja.

Bayangkan, apabila para personil perusahaan adalah orang-orang yang mempunyai kesadaran dan pandangan yang seperti ini, betapa akan dinamis dan harmonisnya sebuah perusahaan.

Kesadaran dan sikap ini akan mengubah perusahaan, dari sebuah perusahaan yang hanya berorientasi untuk mencari keuntungan saja, yang secara spiritual sebenarnya hanya dinilai sebagai perusahaan pada tingkat survival saja, menjadi perusahaan yang berorientasi untuk melakukan hal-hal yang baik bagi masyarakat.  Pandangan dan dukungan semua pihak kepada perusahaan akan berubah dan meningkat dengan sendirinya.  Inilah peningkatan citra yang terbaik yang dapat dilakukan oleh perusahaan.


Hati di dalam rongga dada

Hati yang kita bicarakan di sini bukanlah hati yang merupakan bagian dari tubuh fisik yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai liver, maupun jantung atau heart. Hati yang kita bicarakan di sini adalah pusat perasaan halus yang berada di dalam rongga dada kita, yang tidak dapat dilihat dengan mata, tetapi seharusnya memegang peranan penting dalam hidup kita sehari-hari, secara spiritual, maupun dalam hubungan kita dengan Tuhan YME.

Hati sangatlah penting dan selalu disebut-sebut dalam berbagai kitab suci karena hati adalah kunci hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dalam berdoa, kata-kata dan doa kita belum cukup baik apabila kita tidak berdoa dengan hati. Dalam berbuat baik atau beramal pun perbuatan baik kita belum cukup baik apabila tidak disertai dengan kasih dari hati. Ada sebuah ungkapan yang kira-kira bunyinya

“Bukan apa yang kita lakukan yang penting, melainkan bagaimana hati kita saat melakukannya”

Mengetahui berbagai hal tentang hati itu penting, tapi yang lebih penting lagi bagaimana kita dapat memanfaatkan hati kita dengan lebih baik lagi dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian kita akan lebih tenang, damai, merasa ringan, sehat dan berbahagia dalam hidup kita. Hubungan kita dengan Tuhan pun akan menjadi lebih baik, karena dengan memanfaatkan hati kita dengan lebih baik, kita akan cenderung melakukan hal-hal yang dikehendaki oleh Nya.

Hati : Singgasana Diri Sejati

Hati adalah kunci hubungan kepada Tuhan YME dan pusat perasaan-perasaan yang baik & indah — bukan otak atau bagian diri kita yang lainnya — karena di dalam hati kitalah terdapat diri sejati kita. Tubuh fisik yang lebih kita kenal dalam hidup sehari-hari hanyalah bagian luar dari diri kita, yang secara spiritual dapat kita katakan sebagai “kulit luar”. Tubuh fisik adalah daging dan darah yang sementara, yang pada suatu saat pasti menjadi debu dan tanah. Sementara itu, hubungan kita dengan Tuhan YME adalah hubungan yang abadi. Kita tidak membutuhkan Tuhan YME dan Kasih Nya hanya saat kita masih hidup sebagai manusia di bumi ini saja. Kita akan tetap membutuhkan Tuhan YME dan Kasih Nya setelah kita meninggal, bahkan untuk selama-lamanya.

Sementara tubuh fisik yang kita kenal ini akan mati, akan menjadi debu dan tanah, ada bagian diri kita yang akan tetap ada setelah kita meninggal, yaitu jiwa dan diri sejati (roh), Di sini digunakan istilah yang berbeda untuk jiwa dan diri sejati dibandingkan istilah yang biasa digunakan oleh umum, karena sebuah alasan yang jelas. Apabila kita berbicara mengenai diri sejati, kita berbicara mengnai dzat atau percikan Sang Pencipta yang ada di dalam diri kita. Dalam kitab-kitab suci selalu disebutkan bahwa Tuhan YME adalah roh, maka lebih tepat untuk menyebut diri sejati manusia sebagai roh. Sementara itu ada bagian lain dari manusia yang disebut sebagai jiwa.

Sebenarnya, hati nurani yang adalah inti dari diri sejati yang merupakan percikan atau dzat dari Sang Pencipta.

Diri Sejati di dalam Hati

Diri sejati adalah dzat dari Tuhan YME yang merupakan kunci hubungan kita dengan Tuhan YME. Otomatis, hati tempat diri sejati kita berada terhubung kepada Tuhan. Hati kitalah yang harus kita pergunakan agar diri sejati kita dapat selalu terhubung dan berkomunikasi dengan Tuhan YME dengan sebaik-baiknya.

Sementara, otak yang banyak kita gunakan sehari-hari adalah daging dan darah yang tidak dapat berkomunikasi dengan Tuhan YME. Otak kita hanya mengenal Tuhan YME melalui konsep saja. Karena itu, penting sekali bagi kita untuk membuka dan mempergunakan hati kita dengan sebaik-baiknya, khususnya apabila kita ingin hubungan kita dengan Tuhan YME menjadi lebih baik lagi.

Hati : Pusat Kedamaian dan Kasih Sejati

Sebagai percikan atau dzat dari Sang Pencipta, diri sejati kita yang berada di dalam hati tidak saja berkomunikasi kepada Tuhan YME, tetapi juga menerima berkat Tuhan YME yang adalah sumber ketenangan dan kedamaian sejati. Apabila kita dapat menyadari keberadaan berkat Tuhan YME di dalam hati dan merasakan semua hal indah dari berkat Tuhan YME di dalam hati itu, kita akan merasa ringan, tenang, damai, bahagia melebihi semua emosi indah yang pernah kita rasakan dari hal-hal duniawi.

Saat kita merasakan dan menikmati hal-hal yang indah dari berkat Tuhan YME yang ada di dalam hati kita, sebenarnya kita sedang memakai hati kita. Pada saat yang sama, kita sedang membiarkan berkat Tuhan YME bekerja lebih baik lagi atas hati dan diri kita. Kita sedang membiarkan berkat Tuhan YME membawa kita lebih dekat lagi kepada Nya. Keindahan dari berkat Tuhan YME adalah keindahan terbaik yang akan membawa kita ke keindahan dan kebahagiaan abadi.

Hati : Mengenal Kebenaran

Diri sejati yang berada di dalam hati mempunyai kesadaran sebagai percikan dari Tuhan YME, kesadaran diri sejati jauh lebih tinggi daripada kesadaran otak yang berupa organ tubuh fisik sementara. Karena itu, apabila kita dapat mempergunakan hati dengan baik, kita akan dapat menyadari kebenaran-kebenaran dari hati kita sendiri yang jauh lebih baik daripada kebenaran-kebenaran dari otak kita yang sangat terbatas.

Apabila kita benar-benar telah dapat menyadari kebenaran-kebenaran dari hati kita, banyak dari kita akan dapat menyadari betapa otak kita sendiri berusaha mendiskreditkan kebenaran-kebenaran dari hati ini. Karena itu, kita mendengar orang bilang : musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri.

Sumber dari buku : Hati (Mengenal, Membuka & Memanfaatkannya)Pernahkah anda memperhatikan, apa motivasi dibalik semua pemikiran dan tindakan, secara sadar maupun tidak sadar yang diambil oleh manusia ?  Semuanya tidak lain mengarah kepada ide untuk memperoleh kebahagiaan.   Kita bekerja untuk mendapat uang, dengan harapan uang ini bisa membantu kita dalam memperoleh kebahagiaan.  Demikian juga keputusan untuk menikah, punya anak, punya karir, punya bisnis dan lain-lain semuanya dengan motivasi untuk bisa lebih bahagia.

Begitulah masing-masing kita mendefinisikan kebahagiaan sebagai suatu “perasaan” yang akan muncul jika suatu “hal” atau “kondisi” berhasil kita raih.  Hal atau kondisi “syarat bahagia” ini berbeda-beda bagi tiap orang, seperti :

Hidup tenteram dan tidak punya banyak masalah.

Mendapatkan seseorang yang mencintai dan dicintai seumur hidup.

Menjadi diri sendiri.

Bebas melakukan sesuatu dan tidak terikat orang lain.

Terlepas dari keadaan yang membuat stres.

….   dan masih banyak lagi lainnya.

Pertanyaannya kemudian, apakah kita sudah berhasil mendapatkan kebahagiaan jika sudah mendapatkan hal dan kondisi di atas ? Jawabannya akan beragam, sebagian mungkin menjawab “Iya sudah”, tapi banyak yang malahan akan menjawab “Ternyata tidak seperti yang dibayangkan, bukan bahagia seperti yang  diimpikan”.   Bagi anda yang menjawab “Iya sudah” pun, pasti kemudian akan muncul hal-hal dan kondisi baru yang ingin anda raih untuk bisa lebih bahagia lagi, atau malah muncul kekuatiran baru terhadap hal/kondisi yang sudah anda raih bisa hilang lagi. 

Kita beribadah pun, sebetulnya juga dalam rangka meraih kebahagiaan ini.  Kalau pun ibadah kita belum ”menghasilkan” kebahagiaan saat masih hidup, setidaknya kita berharap di akhirat nanti akan mendapat “bayaran” kebahagiaan yang kekal dari hasil “amal ibadah kita”.  Walau demikian, kalau mau jujur kita masih banyak memiliki ketakutan dan kekuatiran, jangan-jangan ibadah kita tidak diterima oleh Tuhan.  Jangan-jangan timbangan perbuatan baik kita belum cukup, dan seribu satu kekuatiran yang lainnya.

Dari uraian diatas, bisa kita perhatikan, “hal dan kondisi” yang semula dianggap sebagai syarat untuk mendapatkan kebahagiaan, ternyata terbukti tidak bisa mendatangkan kebahagiaan.  Di balik “pencapaian” terhadap “hal dan kondisi” tersebut, masih banyak kekuatiran & ketakutan. Jika masih banyak kekuatiran & ketakutan, kita belum lah bisa disebut sudah bahagia.

Keterbatasan Otak

Kebahagiaan yang selama ini didefinisikan oleh orang, baru lah kebahagiaan di lapisan terluar, di lapisan kesadaran otak.  Manusia dianugerahi Tuhan 3 lapisan kesadaran yaitu kesadaran otak, kesadaran jiwa dan kesadaran diri sejati/roh.  Masing-masing kesadaran mempunyai fungsi sendiri-sendiri.  Otak sebagai lapisan terluar, merupakan kesadaran yang paling terbatas.  Pengetahuan yang dimiliki otak kebanyakan diperoleh dari apa yang bisa ditangkap oleh panca indera.   Hal ini sering menimbulkan “kesalahpahaman” dalam menilai sesuatu.

Anda mungkin pernah mendengar cerita, orang yang marah-marah karena terlambat sampai di airport sehingga harus ketinggalan pesawat terbang.  Saat hal itu terjadi, orang ini akan menyalahkan semua yang dia anggap menyebabkan keterlambatan itu, si sopir mobil nya, pembantu di rumah yang lambat mem packing koper dll.  Dia merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung, karena menjadi satu-satunya orang yang ketinggalan pesawat.   Namun kemudian, datang berita yang mengejutkan, pesawat yang batal ditumpangi nya itu jatuh, dan semua penumpangnya tewas.   Si orang ini berubah total, dari merasa yang paling sial, berubah menjadi yang paling beruntung.  Inilah contoh dari terbatasnya otak manusia dalam menilai sesuatu. Sering di awal otak menilai suatu hal tidak benar, namun seiring berjalannya waktu, si otak baru mulai menerima informasi-informasi lain yang lebih benar dan akhirnya merubah penilaian awalnya tersebut.

Dalam kaitan dengan kebahagiaan, otak manusia juga memiliki banyak ide tentang kebahagiaan, namun disaat ide-ide itu ter realisasi, kebahagiaan yang diimpikan ternyata tidak kunjung datang juga.  Ide-ide otak sebenarnya berasal dari “kemauan”, di saat kemauan tidak dapat diperoleh, umum nya kita akan bereaksi negatif seperti sedih, kecewa, marah dsb.  Tapi di saat kemauan berhasil diperoleh, kalau kita cermati, yang muncul bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya, tapi malahan banyak yang bereaksi negatif seperti menjadi sombong dan lupa diri (hal ini sering muncul begitu halusnya sehingga yang bersangkutan tidak merasakannya).  Kebahagiaan sebenarnya baru mulai muncul, jika apa pun yang terjadi, baik kemauan kita tercapai atau tidak tercapai kita tetap bersyukur dari hati kepada Tuhan. 

Hati : Pusat Kedamaian dan Kasih Sejati

Diri Sejati dalam Hati

Sekarang kita bahas dari sisi yang lebih dalam.  Kesadaran diri sejati (roh) kita berada di dalam hati.  Diri sejati adalah dzat dari Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan kunci hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.  Otomatis, hati tempat diri sejati kita berada terhubung kepada Tuhan.  Hati kita lah yang harus kita pergunakan agar diri sejati kita dapat selalu terhubung dan berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa dengan sebaik-baiknya.

Otak yang banyak kita gunakan sehari-hari adalah daging dan darah yang tidak dapat berkomunikasi dengan Tuhan.  Otak kita hanya mengenal Tuhan melalui konsep saja.

Sebagai percikan atau dzat dari Sang Pencipta, diri sejati kita yang berada di dalam hati tidak saja berkomunikasi kepada Tuhan, tetapi juga menerima berkat Tuhan yang adalah sumber ketenangan dan kedamaian sejati.  Apabila kita dapat menyadari keberadaan berkat Tuhan di dalam hati dan merasakan semua hal indah dari berkat Tuhan di dalam hati itu, kita akan merasa ringan, tenang, damai, bahagia melebihi semua emosi yang pernah kita rasakan dari hal-hal duniawi.  Keindahan dari berkat Tuhan adalah keindahan terbaik yang akan membawa kita ke keindahan dan kebahagiaan abadi.

Akhir-akhir ini banyak media massa memberitakan adanya “kilometer khusus”  di jalan tol yang sering menimbulkan kecelakaan.  Dan sudah menjadi budaya di negri ini, jika terjadi hal-hal seperti kecelakaan yang berulang kali, akan dikaitkan dengan faktor-faktor mistis.  Berbagai pihak pun lalu ramai berpendapat, banyak yang berpendapat itu hanyalah tahayul, tapi tidak sedikit juga yang membenarkan dan bercerita berbagai bukti yang pernah dialami.

Penulis sendiri dibesarkan di lingkungan budaya yang semenjak kecil sering diajarkan untuk bilang “permisi” jika melewati tempat-tempat yang dianggap angker, atau kalau mau memasuki suatu daerah baru harus “minta izin” dulu.  Para sepepuh tempat dulu penulis belajar memberitahukan hal ini perlu untuk “hormat menghormati”.  Manusia hidup di dunia fisik, dan banyak mahkluk lain yang tidak tampak yang juga ada disekeliling manusia serta memiliki alam yang berbeda.  Makhluk-makhluk non fisik ini sebagaimana halnya manusia juga bisa marah jika kita bertingkah laku tidak sopan atau tidak berkenan dalam pandangan mereka.

Seiring dengan berkembangnya waktu, penulis menemukan ternyata tradisi ini ada di berbagai belahan dunia,  tradisi untuk menghormati “mereka” yang tidak tampak oleh mata biasa.  Wujud penghormatan ini banyak macamnya, mulai dari yang mengucapkan kata-kata seperti permisi, lalu ada juga yang memberikan hadiah bisa berupa rangkaian kombinasi bunga tertentu, buah-buahan sampai ada yang membakar kemenyan.  Semuanya didasarkan kepada asas “menghormati”.

Saat duduk di bangku kelas 4 SD, penulis mulai belajar agama, dan kemudian banyak bertemu dengan orang-orang yang sudah belajar agama jauh lebih lama dari penulis.  Menariknya disini, para ahli agama ini memberitahu penulis bahwa hal-hal yang termasuk kategori “menghormati” makhluk halus seperti diuraikan diatas adalah melanggar agama, dan termasuk kategori menyekutukan Tuhan.  Mereka memberitahukan berbagai ayat yang ada di kitab suci yang terkait dengan hal ini.

Penulis kemudian tumbuh dalam “dua aliran” ini, saat itu dua pendapat tersebut masih membingungkan, karena masing-masing memiliki landasan yang logic.  Puluhan tahun kemudian penulis mulai belajar tentang Hati & Hati Nurani, disinilah banyak hal menjadi jelas. 

Hati Nurani adalah bagian terdalam atau inti dari hati kita.  Di inti hati kita terdapat rahasia yang terbesar.  Itulah hati nurani kita, yang selalu mengetahui kebenaran yang selalu mengarahkan kita kepada Tuhan.  Ini semua disebabkan karena hati nurani itu adalah inti dari diri sejati kita.  Kita tahu bahwa diri sejati kita, yang biasa juga disebut dengan roh, adalah percikan yang berasal dari Tuhan (dzat Tuhan).  Hati Nurani inilah inti dari roh kita dan yang merupakan percikan dari dzat Tuhan sendiri.  Itulah sebabnya hati nurani siapa pun tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun, selalu mengetahui kebenaran, selalu mengarahkan kita kepada Tuhan.

Dari sini penulis mulai tahu, bahwa sebenarnya baik manusia maupun makhluk non fisik yang memiliki roh, memiliki tujuan hidup yang sama, yaitu kembali seutuh-utuhnya kepada Tuhan.  Dalam mencapai tujuan itu, roh-roh masih harus belajar, ada roh-roh yag belajar sebagai manusia dan ada yang belajar dalam bentuk mahkluk-makhluk non fisik.

Baik manusia maupun mahkluk non fisik, memiliki “mata pelajaran” yang sama, yaitu ”menggunakan hati”.  Hati adalah kunci hubungan kepada Tuhan, untuk itu hati haruslah bersih dari berbagai kotoran.  Kotoran-kotoran ini berasal dari berbagai emosi negatif seperti kemarahan, kesombongan, iri, dengki, kekecewaan, ketakutan dan lain-lain.

Kembali ke tradisi permisi di tempat angker, memang ada banyak mahkluk non fisik yang bandel dan suka mengganggu mahkluk lainnya termasuk manusia.  Namun sebenarnya mereka pilih-pilih, hanya manusia tertentu saja yang suka diganggu.  Manusia-manusia yang hati nya sudah terbuka dan mengarah kepada Tuhan tidak bakalan mereka pilih untuk diganggu, bisa-bisa malah mereka terpental duluan begitu niat mau mengganggu.  Manusia-manusia seperti ini dalam bahasa agama disebut sebagai memiliki keimanan yang kuat terhadap Tuhan.  Mereka percaya kepada Tuhan tidak hanya sekedar ucapan di bibir, tapi betul-betul dari hati.

Sekarang coba kita telaah pendapat yang mengatakan kitaharus ”menghormati” makhluk-mahluk non fisik tersebut.   Bagi anda yang sudah mempelajari Hati Nurani, sebetulnya jelas sekali apa yang selama ini disebut “menghormati” tersebut.  Menghormati ini sebetulnya kiasan di bibir saja, di dalamnya sebetulnya yang lebih dominan adalah “rasa takut”.  Takut jika tidak bilang permisi, maka nanti mahkluk-mahkluk itu  akan mengganggu atau bahkan mencelakakan kita.  Takut adalah emosi negatif.  Rasa takut ini mengotori hati kita, sementara hati adalah kunci hubungan kepada Tuhan.  Kalau hati menjadi kotor, hubungan kita kepada Tuhan juga jadi tidak bersih lagi.  Kita lebih mempercayai rasa takut tersebut dari pada Kekuasaan Tuhan, yang dengan Kasih nya pasti lah selalu membantu kita.  Dalam bahasa agama ini disebut keimanan kita jadi berkurang.

Hal yang sama terjadi juga di makhluk-makhluk non fisik yang mengganggu tersebut.  Katakanlah kita kemudian bilang permisi untuk menghormati mereka, kira-kira apa yang bakalan terjadi dengan sikap mereka.  Mereka bisa jadi  malah bertambah sombong, dan bercerita ke teman-temannya kalau banyak manusia yang takut ke dia dan manusia selalu bilang permisi jika hendak melewati wilayahnya.

Sebagaimana telah disebutkan, makhluk non fisik yang memiliki roh, juga memiliki hati.  Jika hati mereka menjadi kotor oleh emosi negatif, maka hubungan mereka kepada Tuhan juga menjadi kotor.  Pilihan untuk membuat hati kotor sepenuhnya ada di pilihan masing-masing, baik itu manusia maupun makhluk non fisik, namun seandainya kita ikut “andil” mendorong terjadinya emosi negatif di suatu mahkluk, itu juga ada “hitung-hitungan”nya.  Jadi hati-hati jika melewati tempat yang dianggap angker dan kita bilang permisi dengan niat menghormati (yang sebenarnya rasa takut), secara spiritual itu bisa jadi malahan membawa konsekuensi yang lebih jelek baik bagi diri kita sendiri maupun bagi makhluk-makhluk non fisik disitu.

Namun berbeda jika anda sudah bisa mulai menggunakan hati, mulai sadar bahwa mereka (makhluk-makhluk non fisik) juga ada yang memiliki hati sebagaimana kita.  Kita memiliki kesempatan untuk membantu mereka, membantu dalam pengertian membantu mengingatkan kalau mereka juga memiliki hati (banyak mahluk non fisik yang masih belum menyadari ini), dan menyadarkan hati adalah kunci hubungan kepada Tuhan.  Cara membantu yang terbaik adalah dengan berdoa dari hati kepada Tuhan tanpa berinteraksi langsung dengan mereka.  Karena jika berinteraksi langsung, bagi kita yang hati nya belum kuat, hatinya akan mudah menjadi terarah ke makhluk-makhluk tersebut.   Jika ini terjadi, ibaratnya kita membuka pintu diri kita ke makhluk-makhluk itu. Kita bisa dengan mudah “tertular” hal-hal jelek yang ada di mereka.  Hati harusnya mengarah seutuhnya kepada Tuhan bukan ke mahkluk atau hal-hal lain.

Tidak ada larangan untuk bilang “permisi” jika melewati suatu tempat angker.  Yang harus diperhatikan adalah motivasi atau niat kita dalam mengucapkan permisi tersebut.  Janganlah kita bilang permisi karena dilandasi “rasa takut”, jika rasa takut ini muncul berdoa lah kepada Tuhan agar rasa takut ini dibersihkan dari seluruh hati dan diri kita.  Terbaik tetaplah berdoa kepada Tuhan, mohon bantuan, bimbingan & perlindungan selalu.

1 komentar:

W_E_L_O_M_E Hope You Like It...

On Fb http://www.facebook.com/nakknz?ref=tn_tnmn

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

mesin pencari

Welcome In Kode Blogger

Contoh Sliding Login Dengan JQuery

Disamping ini adalah contoh Sliding Login menggunakan JQuery. Login Form Disamping hanya Contoh dan tidak dapat digunakan layaknya Login Form FB, Karena Blog ini terbuka untuk umum tanpa perlu mendaftar menjadi Member

Tutorial Blog

Untuk membuatnya Silahkan : Klik Disini

Member Login

Lost your password?

Not a member yet? Sign Up!